KONSEP
Geopark adalah sebuah konsep manajemen pengembangan kawasan berkelanjutan yang menyerasikan keragaman geologi, hayati, dan budaya melalui prinsip konservasi dan Rencana Tata Ruang Wilayah yang sudah ada. Geopark adalah wilayah geografis yang memiliki situs warisan geologi terkemuka dan bagian dari konsep holistik perlindungan, pendidikan dan pembangunan yang berkelanjutan. Geopark tidak hanya mencakup situs geologi, tetapi memiliki batas geografis yang jelas serta sinergitas antara keragaman geologi, hayati dan budaya yang ada di dalam kawasan tersebut. Masyarakat yang tinggal di dalam kawasan diajak berperanserta untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam.
Untuk mewujudkannya perlu dukungan infrastruktur, fasilitas, regulasi, kebijakan pemerintah dan program pemberdayaan masyarakat. Geopark memiliki semboyan: “Memuliakan Bumi, Mensejahterakan Masyarakat”. Pembangunan dan penumbuhan perekonomian berkelanjutan pada kawasan geopark dikembangkan melalui paket pariwisata seperti: geowisata, wisata bahari, ekowisata, wisata petualangan, wisata budaya, wisata belanja, wisata kuliner, dan wisata buatan manusia.
KARAKTERISTIK
Geopark Ciletuh-Palabuhanratu memiliki luas 126.100 Ha atau 1.261 km2. Meliputi 74 desa, di delapan kecamatan yaitu Kecamatan Ciracap, Surade, Ciemas, Waluran, Simpenan, Palabuhanratu, Cikakak, dan Cisolok, yang terbagi dalam tiga geoarea yaitu: Geoarea Ciletuh, Geoarea Simpenan, dan Geoarea Cisolok.
Kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu juga meliputi Kawasan Cagar Alam Cibanteng, Tangkubanparahu, Sukawayana; Kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh; dan Taman Wisata Alam Sukawayana, dikelola Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat; kawasan latihan terpadu militer dikelola KOSTRAD; Kawasan konservasi Penyu di Pangumbahan; dan kawasan latihan angkatan udara di Tanjung Ujunggenteng; kawasan budidaya tambak udang di Mandrajaya dan Ujunggenteng serta kampung batik di Purwasedar (Rosana, dkk., 2015).
Geoarea Ciletuh memiliki bentang alam berupa dataran tinggi yang berbentuk tapal kuda (amphiteater) yang terbuka ke arah Teluk Ciletuh (Martodjojo, 1984). Bentuk amfiteater ini memiliki diameter lebih dari 15 km, sehingga di yakini sebagai bentuk amfiteater alam terbesar di Indonesia. Di bagian tengah amfiteater terdapat sebaran batuan tertua di Jawa barat yang berupa batuan bancuh dan ofiolit hasil pengendapan dari aktivitas tumbukan antara kerak samudera dan kerak benua pada Zaman Kapur, lebih dari 65 juta tahun lalu.
Batuan melange dan ofiolit terdiri atas peridotit, gabro dan lava basal; batuan metamorfik berupa sekis hijau, serpentinit dan amfibolit; serta batuan sedimen berupa batupasir kuarsa-konglomeratik (Formasi Ciletuh). Batuan tersebut merupakan batuan tertua yang tersingkap kepermukaan di Jawa Barat yang terbentuk (terendapkan) di palung laut dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar